[review] The Last Song

the-last-song-book-cover
The Last Song [1]
Awal mula membeli novel ini karena covernya, sebenarnya juga bukan cover aslinya ... tapi aku suka. Karena terpampang Liam Hemsworth dan Miley Cyrus sebagai pemeran utama film dengan judul yang sama. Ya, novel bergenre fiksi romantis karangan novelis asal Amerika, Nicholas Sparks ... The Last Song.

Menulislah

Tak payahku mengais rindu
Jika ingin merangkai kata
Teruntukmu yang di sana
Walau ia terpaut waktu
Menulislah...

Sampaikanlah  walau tak bersua
Bila makna teruntai jua
Kata rindu terhempas sudah
Dalam tiap untaian kata
Menulislah...

27.10.2016
Selamat Hari Blogger Nasional

selamat-hari-blogger

Makan Malam Pertama

So, honey, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars ... ♫

Penggalan lirik manis Ed Sheeren sesaat menyeruak di kepalaku. Tepat setelah Gerry melempar pertanyaan spontan ke arahku "Can I take you somewhere?" ... [deg] somewhere? But where? benakku pun bertanya.

Terdiam sesaat, lamunan berikut soundtrack lagu Thinking Out Loud tadi buyar seketika. Tergantikan suasana kikuk ... teman kru lainnya yang secara kebetulan bertemu di depan lift, hanya menatapku heran penuh tanya. [Ini anak baru, kok bisa akrab sih dengan kapten pilot kondang ini?!] Pun jawaban singkat keluar begitu saja dari bibirku "Yes, where?" sedikit melongo.

***
Di penerbangan kali ini aku mendapat jatah layover lumayan lama, 40 jam. Itu artinya selama hampir dua hari, aku akan tinggal sementara di Amsterdam. Sore hari setelah sampai di Amsterdam Marriott Hotel, rehat sebentar. Awalnya, aku berencana kalaupun nanti lapar, makan di resto hotel saja. Atau cukup memanggil room service, entah kenapa layouver kali ini aku malas berkeliling kota.

Rencana tinggal rencana, ketika hendak turun ke bawah menuju resto. Di situ aku berjumpa lagi dengannya, Gerard Reeves. Apalagi pagi tadi ia menawari tumpangan menuju bandara. Kali ini ia menawaraiku untuk pergi ke suatu tempat. Again?

***
"Let's go out for some early dinner!" pertanyaanku di depan lift tadi, baru ia jawab barusan ketika aku dan dia berada di depan lobby hotel. Baiklah, aku pun bergegas mengikuti ke mana ia pergi ... terserah mau makan di mana, toh perutku juga sudah mulai lapar.

Sesampainya di pertigaan Overtoom, ia mengajakku menyeberang dan lanjut berjalan ke arah barat. Sepanjang jalan tsb memang terdapat beberapa toko dan resto. Suasana sore hari ini lumayan padat, beberapa sepeda berjejer rapi terparkir di tepi jalan. Kafe-kafe pinggir jalan pun dipenuhi para pengunjung.

Namun, pria yang sedang mengajakku makan malam ini agak sedikit beda. Mungkin ia ingin menyamai langit sore hari ini yang agak gelap, ia jarang berbicara, hanya sepatah dua kalimat saja yang keluar dari mulutnya. Itupun seputar pekerjaan kami di airlines. Orang yang aneh, tapi mempesonaku.

Hingga akhirnya tepat di depan Kartika Indonesian Restaurant, Gerry menghentikan langkah kakinya. Seraya mengangguk sambil menggelengkan kepala, tanda ia bertanya apakah aku menyetujui idenya? Hmmm ... sepertinya ia orang yang tidak terlalu banyak bicara, cukup dengan anggukkan kepala, itu artinya ia sedang berujar "Let's go!"

Baiklah, sembari Gerry membukakan pintu, aku bergegas masuk ke dalam resto.

"Hah?" dalam hati aku takjub sesaat, kok bisa pas sih? Hari ini aku memang sedang ingin makan makanan menu Indonesia, rindu sekali rasanya dengan kampung halaman.

kartika-indonesian-restaurant.
source: google street view

Makan malam pertama kami pun di mulai, di sini. Di kota tulip dengan suasana langit sore hari yang mendung. Selamat makan Amsterdam :)

AMS

"Do you need a ride?"
Suara berat pria ini tak asing buatku, dan benar saja ... begitu kulirik tajam, sosok pria berseragam pilot keluar dari balik pintu BMW 4 series coupe warna hitam.
[deg] mau apa dia? Menawarkan tumpangan buatku? Apakah kita tinggal di kondo yang sama? @$#/×^%× belum dihampiri saja aku sudah kebingungan.

Dan, sepersekian detik dia sudah ada tepat di hadapanku menggerakkan kepalanya tanda apakah aku mau ikut ke dalam mobilnya. Ya, tujuan kita sama, ke bandara. Itu artinya, jangan-jangan kita satu flight lagi?!

Sepanjang perjalanan aku hanya bisa terdiam membisu, bingung mau memulai topik pembicaraan apa. Perjalanan dari rumah ke bandara, yang biasanya cuman 10 menit, terasa seperti satu jam ... errr.
Yang ada di kepalaku saat itu hanyalah gosip dan curcolan di kabin pesawat, apalagi kalo topiknya bukan dia. Kapten pilot tampan dengan senyum yang ... ah sudahlah jangan memulai lamunan.

Ya, Gerry si "Fourty" yang sekarang duduk di sampingku ini memang mempesona.
"What's your flight today?"
Di menit-menit terakhir menuju bandara, ia memulai pembicaraan.
"AMS." Jawabku singkat, disusul senyum simpul khas si Fourty. Hmmm, apakah itu artinya?

***
Tak lama kemudian. Ketika memasuki imigration check khusus crew, kulihat Gerry juga ada dalam rombonganku, hmmm benar kan ... kita satu flight lagi :)
air-traffic-control-changi
... ✈
AMS: airport code for Amsterdam

[review] Cabin Notes, Cerita Inspiratif Seorang Pramugari

Cabin Notes, cerita inspiratif seorang pramugari. Berawal dari sebuah cita-cita dan mimpi sejuta wanita, pengejar cita-cita tsb dilabeli flight attendant wannabe. Kemudian teringat masa di mana, aku hunting open recruitment maskapai baik lokal maupun luar. Banyak pengalaman yang kudapatkan, meskipun mimpi dan cita-citaku tidak tercapai, namun bukan berarti patah semangat. Tombol follow di Instagram pun kusematkan, otomatis diriku menjadi followernya. Ya, beberapa akun pramugari masuk dalam daftar Instagramku, "Kok kepo?" Bukan...bukan begitu. Nggak selamanya kepo berkinotasi negatif, terkadang pelajaran dan hikmah mengenai kehidupan kudapatkan dari keeharian mereka, para pramugati cantik tsb. Seperti beberapa cerita inspiratif dalam buku Cabin Notes ini.

Kenangan Tak Berujung

"Kalo kita tinggal di satu kota yang sama, pasti sudah saling bertemu." ucap Jo di ujung telepon. Mey hanya terdiam, tak membalas apa yang diucapkan oleh Jo barusan.
...

Masih hangat dalam ingatannya, bagaimana dulu Jo melesapkannya dalam ketidakpastian. Hingga suatu hari ia menerima sebuah undangan pernikahan antara Jo dan wanita lain, selang sebulan setelah ia memutuskan untuk menikah. Dalam resah Mey bergumam "Kenapa, kenapa bukan namaku yang terpatri di undangan tsb?" [dasar cowok].

Selang setahun, takdir mempertemukan mereka kembali, dalam suatu bisnis meeting. Di lantai 20 sebuah gedung perkantoran di pusat kota Bandung. Mey masih tetap berdomisili di Bandung. Sedang Jo ternyata sudah pindah menetap di Jakarta setelah ia bermigrasi dari Batam.

Antara Bandung dan Batam. Ya, dulu keduanya menjalani hubungan jarak jauh, sebuah hubungan yang menurut sebagian orang sulit untuk dilalui. Apa lacur, perkataan sebagian orang tsb nyatanya benar-benar terjadi pada kisahnya. Kisah yang tak pernah benar-benar berakhir, hingga keduanya dipertemukan kembali siang itu di satu meja, di ruang meeting, dan duduk bersebelahan.

Jo menyodorkan kartu nama, Mey masih bungkam. Ia terima kartu nama tsb, namun bibir ini kelu tak tahu ingin berucap apa "Duh Gusti, kenapa harus ketemu lagi sih?" bathin Mey.

Sejuta tanya tersirat di wajah Mey yang linglung. Sejak kapan Jo menginjakkan kaki di Bandung untuk urusan bisnis meeting. Apalagi sekarang ia berkecimpung di dunia yang berbeda dengan dulu sewaktu mereka menjalin hubungan.
Jo menyadari kebekuan ini. Apalagi, tak sedetik pun Jo memalingkan wajah dari wanita yang pernah singgah di hatinya dulu.

"Aku pindah perusahaan, keluar dari tempat yang dulu. Ada tawaran bagus di Jakarta. Jadi, kenapa nggak kuambil aja?!" Jo mencoba memulai pembicaraan, sekaligus menjawab kebingunganku yang mungkin terlihat jelas di raut wajahku "Ah, bodohnya aku...buat apa juga aku masih mau tahu tentangnya." sanggah Mey dalam hati, pergolakkan bathin pun tak terelakkan.

Meeting selesai, Jo dengan santai berujar kepadanya "Setelah makan siang, nanti ku telepon."
[deg] membayangkan nomornya menghiasi layar ponsel saja aku tak sanggup. Bagaimana nanti kalo ia memulai pembicaraan.

Mey tertunduk lesu, seolah tak berdaya. Kenangan masa lalunya yang belum pernah benar-benar berakhir, seolah-olah kembali berputar dalam benaknya. Berputar satu persatu membentuk sebuah slide berjudul kenangan tak berujung. Ponsel yang dipegangnya pun nyaris terjatuh...sewaktu mendapati nomor yang tak asing meneleponnya kembali.
...

Pergi Saja

Kiasan kata maaf, bak angin surgawi sesaat. Merasuk relung rindu, bathin pun tersesat.
Mimpi indah yang kuimpikan.
Berkali-kali kau hempaskan.
Baiknya kau pergi saja, bukan?

R.E.U.N.I

Foto-reuni-sma-surabaya

Teman, ingatlah aku di kota ini.
Teman, rangkuhlah aku di sudut ini.
Teman, jangan kau lupa yang ada di sini.
Teman...kau selalu ada di hati.

Masa SMA yang romantis.
Masa SMA yang selalu meringis.
Masa SMA yang gokil abis.
Masa-masa kita bisa tertawa sambil menangis.

Butuh 15 tahun tuk bersua.
Butuh 15 tahun tuk bersama.
Butuh kamu, iya butuh kamu teman.
Tuk mengulang kembali romansa SMA.

Bukan jarak yang memisahkan.
Bukan waktu yang menduakan.
Namun,
Pertemuan dengan kalian,
sungguh mengesankan.
"Hmmm, iya kamu...tapi agak lupa, yang mana ya?"
Reuni...
Menyatukan kita.
Mengenang masa indah kita.
Pun mengingatkan.
Akan arti sebuah persahabatan ∞


photo credit to: Rari Sofoantine, edit by me
Reuni Smundalas, RM Primarasa 07082016

Asa

Dalam asa kuselipkan doa.
Dalam cemas kuhempaskan lara.
Pergi...pergilah duka sambut bahagia.

.........∞

PHP

Ku tahu kau kan hadir.
Temani aku dalam tiap getir.
Membawa asa lambungkan pilu.
Merengkuh sepi mengenyam rindu.

Kau tahu ku kan menanti.
Di ujung waktu yang tak bertepi.
Kelamnya malam seolah ikut menyepi.
Aaah...kau dan aku tak kan beralih?!

.........∞

Fourty 1

"Is there anything else, Capt?" 
Sejujurnya bibir ini kelu dibuatnya, namun tetap memaksakan diri untuk menanyakan apakah ada lagi request minuman selain teh untuk sang Capt.
Pilot baru maskapai tempatku bekerja berpangkat kapten, dan belakangan menjadi buah bibir di kalangan cabin crew. Pindahan dari maskapai bintang 5 asal Timur Tengah, selang beberapa bulan ini aku pun kerap menjadi kru dalam penerbangannya. Dan ntah kenapa kalo kuperhatikan Ia sering mencari-cari momen denganku "Hmmm masak iya sih?!" Batinku berujar pengelakkan.
"Hmmm...nope, thanks for the tea."
Gerard Reeves nama aslinya, teman seprofesinya lebih sering memanggilnya Gerry. Ia pun bergegas menjawab pertanyaanku sembari mengayunkan cangkir teh ke arahku dengan senyuman manisnya [deg] sumpah jantung ini seakan ikut salting (salah tingkah).
"Professional, professional, pleaseee!" batinku kembali berujar, kali ini agak sedikit berteriak.
Abaikan! Ini cuman mood booster saat jam kerja menyita daya dan energi. Long haul flight route, kudu semangat karena 10 jam lebih bakalan onboard!
"Eh, si 40 (red: fourty) belakangan kok sering nyamperin galley sih?" 
Sindir Tika, sambil menyiapkan menu, request dari beberapa penumpang business class. Aku dan Tika menggunakan nama inisial. Ya, karena Gerry emang lagi happening menjadi topik pembicaraan, dan seperti biasa...intial name kami gunakan untuk beberapa HOT topik. "Enggak ah, perasaan emang kebiasaannya mampir ke galley deh. Biasa, nyari teh anget." Hihihi pekikku berusaha mengelak, meskipun hati rasanya nggak demikian [duh].

15 menit setelah pesawat take-off dengan sempurna menuju London, dari Singapore. Segera kudorong troli makanan menuju business class cabin, tak lama setelah Tika menyiapkan makanan tadi.

Well, welcome onboard
source: pixabay

PILU

Langit-pilu

Saat kau jatuh.
Relungmu pun pilu.
Waktu yang kan memelukmu.

Plis...
Jangan kau membeku.
Yakinlah Ia kan slalu bersamamu.
Memberikan kepastian, bukan yang semu.

Enggan

Mencintamu
Mencinta suatu yang semu
Melepasmu
Melepas hati yang peluh

Menyesakkan
Saat kau enggan beranjak
Dari peraduan sajak hatiku

NORTH CAROLINA

“It’s even better if that cozy reading takes place in one of the coastal settings Sparks loves”
Message in a Bottle
A Walk to Remember
Nights in Rodanthe
Dear John
The Last Song
The Lucky One
Safe Haven
NORTH_CAROLINA
::source::

It's Not The End

Never thought that last night I was spent a lovely farewell, and surrounded by officemates of mine. We have a great chemistry since I was working in this company in 2005, wow more than 10yrs already. Day by day towards my last day in this April 2016, am I ready to move in to another place...another destiny, will see :)


This sweet short video is for you guys, people who I love so much! And you of course, yes you :)

Look for the rainbow in every storm,
Fly like an angel heaven sent to me
Goodbye my friend,
(I know your going searching although I can still feel ya here)
It's not the end... ~ Goodbye by Spice Girls

f.a.r.a.w.a.y

You never know how it hurts me so deep.
I'm trying to hear what's inside.
Yet...
It's far away from where we were.

......... ∞

Pilu Di Braga

broken-heart

“Cukuuuuuup!” Teriakanku seketika menghentikan semua percakapan hangat yang sedang berlangsung di cafe kecil sudut jalan Braga kota Bandung, tak ayal beberapa pasang mata menatap kami, tajam. Kemudian hening dan makin membenamkanku dalam kepedihan, kepedihan ketika orang yang baru saja kau cintai tega menyelingkuhimu.

“Karin..." berusaha meraih tangan mungilku, Mas Hendi seolah kehabisan akal untuk menghentikan tangis yang langsung turun membasahi pipiku. Tak dapat lagi kutahan rasa sakit menyelekit di dada.
Mas Hendi, pria blasteran keturunan Prancis-Pakistan-Indonesia yang seyogyanya akan kunikahi bulan depan itu pun diam membeku tak berdaya ketika tangannya kutepiskan begitu saja, berusaha menenangkanku. "Sudahlah mas, aku nggak apa-apa." Pekikku datar, berusaha tegar. Mas Hendi pun terdiam tanpa perlawanan, membiarkan amarah kecilku bergelayut pasrah.

Jauh


Diam terpaku senyum menyimpul.
Terbayang dia di sana sedang berkumpul.
Bertautan mesra bak rindu berpeluh.
Hai cantik, ssst jangan kau usik lamunanku.

Selaksa hari berbaur sepi mendulang perih.
Jiwa tertatih batin merintih.
Ku coba menerawang jauh.
Oh hatiku pilu.
Hai cantik, kau kah yang ku rindu?
 .........