Pilu Di Braga

broken-heart

“Cukuuuuuup!” Teriakanku seketika menghentikan semua percakapan hangat yang sedang berlangsung di cafe kecil sudut jalan Braga kota Bandung, tak ayal beberapa pasang mata menatap kami, tajam. Kemudian hening dan makin membenamkanku dalam kepedihan, kepedihan ketika orang yang baru saja kau cintai tega menyelingkuhimu.

“Karin..." berusaha meraih tangan mungilku, Mas Hendi seolah kehabisan akal untuk menghentikan tangis yang langsung turun membasahi pipiku. Tak dapat lagi kutahan rasa sakit menyelekit di dada.
Mas Hendi, pria blasteran keturunan Prancis-Pakistan-Indonesia yang seyogyanya akan kunikahi bulan depan itu pun diam membeku tak berdaya ketika tangannya kutepiskan begitu saja, berusaha menenangkanku. "Sudahlah mas, aku nggak apa-apa." Pekikku datar, berusaha tegar. Mas Hendi pun terdiam tanpa perlawanan, membiarkan amarah kecilku bergelayut pasrah.

Wajahku pun mendadak berubah datar, semacam emoticon di whatsapp. Galau, bimbang berkecamuk, dihari persiapan pernikahan. Di saat hati yang sedang kau tata sedemikian rapihnya dalam sekejap mata dibuyarkan begitu saja dengan perbuatan bertajuk perselingkuhan. Apa yang bisa kau rasakan jika hal tsb terjadi padamu? Tersakiti, terkhianati, dan perasaan kehilangan campur menjadi satu. Bermuara di sebuah lembah bernama pesakitan, ah jangan. "Tidak...tidak!" sang dewi bathin memekik dalam hati.

Sebuah singgasana bernama kepercayaan yang selama ini kuberikan pada Mas Hendi, dengan mudah ia hancurkan dalam sekejap. Kepercayaan yang telah ku bangun walau dengan “keterpaksaan” seolah tak berarti apa-apa lagi, inikah balasannya? Jika saja aku ikhlas menjalani perjodohan ini. Iya, kami dijodohkan oleh kedua orang tua kami. Alumni seperguruan tinggi ayah, yang merupakan sahabat kental ayah mas Hendi semasa mereka menempa bangku kuliah di Prancis, Universitas Sorbonne. Walau akhirnya perasaan cinta beranjak tumbuh di dada, namun tak berakhir indah.

“Kita keluar saja!" ucapku sinis pada mas Hendi, hal ini kulakukan semata-mata nggak mau dijadikan tontonan gratis pengunjung cafe malam ini. Membenarkan belahan poni, kemudian beranjak dari kursi rotan nyaman ini. Dari kejauhan kulihat Mas Hendi sedang menyelesaikan bill 2 cangkir kopi hitam yang kami pesan tadi, kopi hitam tanpa gula favorit kami berdua. Dengan rasa pahit yang masih tersisa pelik di lidahku, namun belum bisa menyamarkan pahitnya kenyataan yang baru saja kuterima malam ini. "Aku kehilanganmu, Mas..." sang dewi batin seolah ikut berujar sedih.

----------

Sebenarnya gelagat tidak wajar seringkali kurasakan belakangan ini, peringai Mas Hendi yang menurutku lain dari biasanya sempat aku anggap hanyalah gelagat layaknya pasangan yang akan menikah. Mas Hendi hanya membenamkan diri dengan kesibukannya di kantor, lari sejenak dari kejengahan persiapan pernikahan kami. Tidak aku hiraukan sedikitpun, sampai sore itu pun datang.

Menghilang tanpa kabar seharian penuh, "Ahhh paling-paling mas Andi sedang sibuk dikejar deadline berita." Mas Hendi calon suamiku yang bekerja sebagai editor sebuah majalah otomotif lokal sudah tentu menghilang seharian tanpa kabar bukan barang baru lagi buatku. Bahkan ia sering meninggalkanku sejenak ke luar kota untuk urusan editorialnya.
Tapi tidak untuk hari itu, ketika sebuah sms pendek kuterima menjelang sore hari. Perasaan bimbang dan ragu mulai menghampiriku.

"Mas Hendimu ada di depanku, bukan di depan laptop!" sms pendek penuh makna seolah membenarkan perasaan was-wasku belakangan ini.
Sepulang kerja aku pun bergegas memacu kencang mobil putih kesayangan menuju kantor Mas Hendi, benar adanya. Hatiku pun semakin berdegup kencang, ketika sampai di sana tak kudapati mobil Mas Hendi yang biasanya terparkir tepat di depan ruko tempat mas Hendi bekerja. "Ah...mungkin saja dia sedang keluar sejenak." sang dewi bathin seketika berusaha menghiburku, selalu.

----------

Menarik nafas panjang, berusaha menenangkan diriku sendiri, namun gagal. Pikiranku berkecamuk "Sms pendek dari siapa ini?" bathinku seolah ingin berontak, kalau bisa lari sekencang mungkin sampai ke garis finish...selesai semuanya! Enggan melewati etape menyakitkan ini, jangan lagi.

Sakit yang kurasa sore kemarin ingin segera kuakhiri saja jika memang ini adalah perlombaan lari sakit hati. Tapi bukan, ini adalah kenyataan pahit yang harus kuterima bersamaan sms pendek dari seorang misterius.

----------

Percakapan berlanjut di bangku sepanjang trotoar jalan Braga, dinginnya malam ini pun serasa makin menyelekit di dada. Mas Hendi duduk di sampingku, menatapku diam...Sesak kurasa, tawaran jas mas Hendi pun enggan ku terima. Tidak seperti biasanya, hangat membungkus lenganku, ah...itu sudah berlalu. Ini dia saatnya aku harus merelakannya pergi, bukan berarti aku menyerah pada keadaan. Sebuah pengkhianatan terlalu pelik untuk disamarkan dengan rasa kehilangan ini.

“Maaf mas, aku nggak bisa melanjutkan rencana pernikahan kita." selayaknya dua orang dewasa, pertempuran hati pun harus diselesaikan dengan kepala dingin. Meski lidah berujar sabar, namun hati bersaut sembilu rasa. Air mata tertahan di pelupuk mata, jangan please...cukup sudah ia mengalir di pipiku. Menghantarkanku dalam kepedihan.

Mas Hendi tertegun mendengarku berkata demikian, tertegun tanpa ekspresi. Bangku besi panjang di dekat cafe favorit kami pun menjadi tempat saksi bisu berakhirnya rencana pernikahan kami. Pernikahanku dengan Mas Hendi, pria berperawakan tinggi semampai pilihan orang tuaku. Yang seyogyanya menjadi sebuah pernikahan indah bagi kedua orang tua kami, namun sayang Mas Hendi bukan lah pilihanNya.

"Siapkah kau dengan perpisahan ini?" Sang dewi bathin kembali bertanya. Menghela nafas panjang, kutegakkan kepala. "Aku harus, siap!" Pun berujar pasrah. Yakinlah pria pilihanNya masih menantiku di ujung jalan ceritaku.
Selamat tinggal, selamat tinggal Mas Hendi :)



giveaway-kehilangan

10 comments:

  1. Yup!suka sama Karin. Tipikal cewek yang tegar. Mmng enak di selingkuhin. Sukses buat GA nya ya mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasiii uda mampir mba, sukses buat kita semua :)

      Delete
  2. aaah perselingkuhan memang menyakitkan :(

    ReplyDelete
  3. Iya nih sangat menyakitkan kalau diselingkuhi apa lagi kalau sampai tau langsung oleh kita sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, terpampang nyatah itu yg gk enak hihihi

      Delete
  4. Karin sosok yang tegar yaa..
    Btw, yang ngirim sms misterius itu siapa ya? :)Hehe

    ReplyDelete
  5. Ikhlaskanlah ...

    Terimakasih sudah berpastisipasi :)

    ReplyDelete
  6. Orang ketiga, memang selalu bikin bahaya,,,

    ReplyDelete