No Comment!

menyikapi-komentar-orang
No Comment! - Pernah kah kalian tiba-tiba dikomentari tentang ini, tentang itu, atau tentang hal lainnya? Dan biasanya tuh orang yang mengomentari hal-hal tsb justru datang dari lingkaran terdekat, misal ... saudara sepupu, adik ipar, dan lainnya yang notabene masih di lingkaran keluarga sendiri. Ish, ish, ish.

Kalau aku pribadi, paling malas berkomentar mengenai hal yang bukan urusanku. Apalagi urusan anak, beuh! Situ baper? Iya! Trus kenapa? Salah gue? Salah teman-teman gue? [dih]

Suatu ketika aku mendapat komentar mengenai sistem di rumah. Percakapan pertama, sewaktu aku baru saja selesai menyemprot ruangan menggunakan cairan pembasmi nyamuk, seketika ia berkomentar memulai percakapan ...

Si dia: "Perlu ya nyamuk disemprot segitu banyaknya, emang ada berapa nyamuk sih sampai harus nyemprotnya sebanyak itu?"

Aku: "Ya satu dua aja mungkin, tapi cukup mengganggu tidur anakku."

Si dia: "Tau kan kalau cairan pembasmi nyamuk itu enggak bagus buat kesehatan, baiknya diganti aja pakai yang alami. Daun sereh gitu." [malah ceramah]

Aku: "Kalau aku, lebih baik memakai cairan pembasmi nyamuk ini karena lebih ampuh membunuh nyamuk."
[sambil pergi berlalu]

Percakapan kedua, terjadi ketika ia melihat aku mensteril botol susu, dan lagi-lagi ia berkomentar.

Si dia: "Sudah pernah dicoba botol susunya gak usah dipanasin, trus dilihat si kecil ada masalah apa enggak?"

Aku: "Hmmm, belum pernah sih. Tapi kadar panas airnya sedikit demi sedikit udah aku kurangi kok. Dan itu untuk botol susunya aja, kalau untuk peralatan makan udah bebas gak aku steril lagi."

Si dia: "Yaaa, ya bagus, karena kan gak mungkin peralatan mereka harus disteril terus-terusan?!" [mulai ceramah lagi]

Aku: "... "

Tidak itu saja, ketika playdate sekalipun komentar-komentar itu kadang muncul. Padahal kita sedang asyik makan snack ... percakapan pun dimulai.

Si dia: "Yusuf gak makan es krim?"
Aku: "Yusuf, mau es krim?"

Es krim kutawarkan ke babybear, eh anaknya sendiri menolak es krim tsb kok ... dalam hatiku, alhamdulillah.

Tak lama kemudian ...

Si dia: "Si A ini kalau ke Indomaret sudah bisa pilih jajan sendiri."

Aku: "Ohh..." [tampang cuek]

Si dia: "Si A ini bisa makan jajanan ini sebungkus sendiri."

Aku: "Ooh, kalau Yusuf memang enggak aku biasakan jajan. Apalagi dia ada alergi susu sapi, pernah dicoba susu-susu gitu trus mencret dia."

Si dia: "Ini si A apa aja masuk sudah."

Hellooo? Perlu kah hal tsb dibandingkan kemudian dibanggakan? Anak suka jajan, sudah bisa memilih jajanan sendiri, bahkan sebungkus habis seorang diri. Situ sehat? Duh, asli aku baper kalau masalah beginian, seketika jiwa emak-emakku merasa terintimidasi. Ini anak, anakku ... kalau memang ia tidak suka jajan, ya sudah tidak perlu dikomentari. Cukuplah anaknya saja yang suka jajan, anak orang jangan dibawa-bawa ... plis deh! [mulai esmoni]

Jujur nih, aku sempat baper loh dengan percakapan-percakapan tsb. Selain dari aku sendiri yang belum bisa bersikap bodoh amat alias cuek, kadang membuat aku berpikir heran dengan maksud dari orang-orang yang sering berkomentar ini. Karena aku bukan tipikal orang yang suka berkomentar, terlebih hal tsb mengenai cara kita merawat anak, atau sistem di rumah kita seperti apa ... tidak, itu bukan urusanku, jadi aku tidak perlu berkomentar, no comment!

Entahlah apa yang ada di pikiran orang-orang ini, atau memang mamabear yang sedang sensi trus terbawa perasaan deh hihihihi. Apapun itu, hargailah wilayah serta privasi orang lain. Sekian edisi curhat kali ini, selamat bermain dan hindari berkomentar yang tidak penting ^^v

2 comments:

  1. jawab aja :

    "yusuf kalo ke Indomaret udah bukan lagi beli es krim. levelnya dia udah yang Indomaretnya dibeli sekalian."

    wkekeke

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkwkwkwk bisa bisa bisa, aku dikomen bertubi-tubi gitu ujung-ujungnya cuman bisa diem huhuhu *melas amat ibuk'e iki*

      Delete